weLcome...

Sunday, 8 April 2012

LIMA ELANG




Dinobatkannya Indonesia sebagai negara yang memiliki anggota Kepanduan / Pramuka terbanyak di dunia,membuat para pembuat film Indonesia memiliki ide untuk mengaplikasikannya dalam karya visual.

Mengangkat tema Pramuka sebagai organisasi yang memiliki banyak sisi positif, tentu akan memberikan warna baru bagi perfilman Indonesia. Berangkat dari hal itulah, SBO film bersama KG Production, majalah Bobo, Indika Picture, dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mencoba mengangkat kembali eksotisme jiwa Pramuka ke layar lebar melalui film yang berjudul Lima Elang.

Disutradarai oleh sutradara kawakan Rudi Soedjarwo, film drama untuk anak-anak ini akan tayang serempak di bioskop Indonesia pada 25 Agustus 2011. ”Ternyata Pramuka itu tidak membosankan seperti yang gue bayangkan.Semoga anak-anak Indonesia bisa terhibur dan film ini bisa menjadi oasis di tengah panasnya perfilman Indonesia,” papar Rudi di sela-sela jumpa pers Lima Elang di BlitzMegaplez Grand Indonesia,Kamis (11/8).

Senada dengan Rudi, SalmanAristo, penulis skenario Lima Elang, mengatakan bahwa film ini banyak mengangkat sisi positif dan edukasi dalam Pramuka. ”Banyak sisi positif dari Pramuka yang layak diangkat, dan di film inilah jiwa leadership akan ditonjolkan. Anak Indonesia perlu mengetahui cerita dalam negeri, jangan melulu mengenai Hollywood,” sebutnya.

Lucu, menegangkan dan mengharukan,Lima Elang menjadi film petualangan yang pas untuk mengisi liburan bersama keluarga.Kelima karakter dalam film ini dibintangi lima wajah baru dalam dunia perfilman. Mereka adalah Christoffer, Iqbaal,Rizky,dan Bastian.

Meskipun baru, mereka memiliki latar pengalaman dalam drama musikal Laskar Pekangi.Sementara itu,Monica Sayangbati memiliki latar sebagai model sejak usia balita dan sudah main di beberapa film. Christoffer Nelwan mengaku sangat senang bisa bergabung dalam film ini. ”Ini adalah pengalaman baru dan akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan,” ujarnya di sela-sela wawancara.



LAMBANG TNI AU



Arti Lambang Swa Bhuwana Paksa

Arti Lambang
Wujud. Lambang TNI AU berwujud burung Garuda yang sedang merentangkan kedua sayapnya dengan gagah perkasa dan mencengkram lima buah anak panah di atas perisai yang berlukiskan peta Indonesia. Posisi kepala Burung Garuda menoleh ke arah timur (arah peta dalam perisai) menyandang pita horisontal yang bertuliskan motto "Swa Bhuwana Paksa". Burung Garuda tersebut dilingkari oleh dua untai manggar atau bunga kelapa yang kedua pangkalnya bertemu di bawah perisai di mana pada kiri dan kanan perisai terdapat jilatan api atau lidah api, selanjutnya akan diuraikan secara berturut-turut sebagai berikut :

1. Figur Burung Garuda. Burung Garuda adalah seekor burung atau mahluk udara yang kondisi maupun struktur tubuhnya kuat, gagah, anggun dan memiliki keberanian yang melebihi burung-burung lainnya bahkan sering dikatakan sebagai rajanya burung. Sifat yang demikian sering digunakan sebagai lambang keperwiraan, kejantanan, keberanian, kegagahan, dan sebagainya, atau dengan kata lain sebagai lambang kekuatan di udara. Sifat-sifat tersebut tidaklah meleset sedikitpun dari sifat-sifat yang demikian oleh TNI AU dalam hubungannya dengan tugas dan fungsinya sebagai penegak kedaulatan di udara yang memiliki ciri khas yaitu kecepatan, jarak capai dan kemampuan manuver.

Di samping itu dari segi sejarah maupun warisan budaya nenek moyang kita burung garuda dengan kondisi dan struktur tubuh seperti tersebut di atas telah diagungkan dan digunakan pula sebagai lambang keperkasaan, yaitu pada jaman Raja Airlangga di mana identitas pemerintahannya menggunakan lambang Garuda dalam bentuk Cap Garuda Muka. Oleh karena itu pilihan Burunq Garuda sangatlah tepat sebagai lambang TNI AU dengan tulisan motto "Swa Bhuwana Paksa".

Aspek selanjutnya dari Burung Garuda lambang TNI AU dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Sayap Burung. Garuda. Garuda pada lambang TNI AU tertera sedang merentangkan sayapnya, menunjukan bahwa Burung Garuda tersebut dalam keadaan siap siaga menghadapi segala tugas. Dengan kata lain Burung Garuda yang sedang merentangkan sayap, rnelambangkan kewaspadaan, kesiapsiagaan melaksanakan tugas, dalam hal ini sebagai perwujudan bahwa TNI AU senantiasa waspada dan siap siaga melaksanakan tugas.

b. Bulu Sayap. Bulu Sayap Burung Garuda tersebut disusun dalam 3 kelompok/ baris, yaitu kelompok bagian luar 8 helai, bagian tengah 5 helai dan bagian dalam 4 helai.

Jadi jumlah bulu seluruhnya 17 helai, angka-angka tersebut mengandung makna sebagai berikut :

1) Jumlah seluruh bulu 17 helai menunjukan tanggal hari proklamasi.

2) Jumlah bulu kelompok bagian luar sejumlah 8 helai menunjukan bulan hari proklamasi.

3) Jumlah bulu kelompok bagian dalam 4 helai bila digabungkan dengan jumlah bulu kelompok bagian tengah 5 helai akan membentuk angka 45 (di baca dari arah dalam ke arah luar). Apabila angka-angka tersebut (1, 2, dan 3) digabungkan akan membentuk angka keramat 17-8-45.

c. Posisi Kepala. Dalam.sejarah lahirnya lambang TNI AU, pada rancangan awal lambang TNI AU dengan motto "Alae Patriae" posisi kepala burung menoleh ke kanan. Kondisi yang demikian baik menoleh ke kanan maupun ke kiri sama sekali tidak mengandung maksud/ arti/ makna apa-apa, kecuali pengaruh estetika dan artistika saja. Dalam perkembangan selanjutnya sesudah lambang TNI AU "Swa Bhuwana Paksa" yang disahkan bersamaan dengan pengesahan panji-panji angkatan, posisi kepala Burung Garuda menoleh ke arah timur (arah peta pada Perisai) yang mempunyai arti dan makna filosofis atau filsafati. Secara filsafati, dalam nilai-nilai kebudayaan timur warisan budaya nenek moyang, timur adalah menunjukkan daerah hidup atau lahir di mana sang surya mulai menampakkan wajahnya.

Dengan demikian posisi kepala Burunq Garuda menoleh ke arah timur berarti menyongsong kehidupan baru. Yang dimaksudkan kehidupan baru bagi TNI AU adalah perkembangan teknologi yang cepat, dari hal-hal yang sangat sederhana sampai yang super canggih. Jadi posisi kepala Burung Garuda yang menoleh ke arah timur melambangkan bahwa TNI AU dihadapkan pada tantangan kehidupan teknologi canggih yang berkembang terus secara pesat. Untuk itu TNI AU yang merupakan suatu sistem senjata udara yang berbobot teknologi padat materiil senantiasa harus siap sedia untuk menyongsong perkembangan teknologi canggih tersebut.

Secara teknis, bahwa kepala Burung Garuda mengarah ke timur (arah peta pada perisai) atau ke arah sayap kiri melambangkan manusia Indonesia yang sedang terbang, dalam hal ini penerbang TNI AU yang sedang dalam melaksanakan tugas penerbangan lebih banyak melepaskan pandangannya ke arah kiri sesuai dengan ketentuan dalam dunia penerbangan, seperti halnya bagi pesawat yang berkemudi dua, Captain Pilot yang bertanggung jawab berada/ duduk di sebelah kiri, sebagai perbandingan Angkatan Udara dan India juga mengunakan lambang Garuda dengan kepala menoleh ke kiri. Meski bagaimanapun juga lambang TNI AU bermotto "Swa Bhuwana Paksa" hanya mempunyai makna secara filosofis saja.

2. Pita. Pita bertulisan motto "Swa Bhuwana Paksa" berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti sayap tanah air. Kata sayap disitu diartikan pula sebagi pelindung, jadi semboyan sayap tanah air atau "Swa Bhuwana Paksa" dalam Bahasa Sansekerta merupakan proyeksi dari pada tugas TNI AU, yaltu mewujudkan pertahanan nasional di udara untuk melindungl keamanan, kemerdekaan, kedaulatan, integritas maupun kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Anak Panah. Burung Garuda pada lambang TNI AU digambarkan sedang mencengkeram lima buah anak panah, dalam warisan budaya nenek moyang, panah merupakan salah satu senjata utama bagi seorang ksatria dan tidak pernah Iepas dari yang tangannya di saat melaksanakan tugas di medan perang. Secara analog, lima anak panah di sini melambangkan lima tiang negara atau dasar Negara Pancasila. Kondisi ini menunjukkan adanya suatu perpaduan erat antara sistem senjata TNI AU dengan lima dasar negara kita. Dengan demikian tersiratlah bahwa Garuda mencengkram lima buah anak panah tersebut adalah melambangkan keterkaitan/ keterpaduan TNI AU serta alut sista udaranya dengan Pancasila. Gambaran Burung Garuda mencengkeram lima buah anak panah tersebut melambangkan atau mempunyai makna bahwa TNI AU dengan alut sista udaranya, dalam melaksanakan tugas selalu berpegang teguh pada lima dasar negara yaitu Pancasila.

4. Perisai. Pada masa yang silam perisai merupakan alat pelindung diri bagi setiap prajurit/ksatria dalam melaksanakan tugas pertempuran di medan perang. Perisai bergambarkan peta Negara Kasatuan Republik Indonesia dalam lambang TNI AU menggambarkan/ mengandung makna TNI-AU sebagai pelindung pertahanan negara. Pada rancangan awal lambang TNI AU perisai berlukisan Sang Dwi Warna adalah Negara Republik Indonesia yang berbenderakan Merah Putih. Untuk mempertegas bahwa yang dilindungi adalah Negara Kesatuan RI maka gambar Sang Dwi Warna diganti dengan peta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian perisai bergambarkan Peta Indonesia melambangkan bahwa TNI AU adalah sebagai perisai negara yang mempunyai tugas mempertahankan keamanan nasional di udara Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Lidah Api. Api melambangkan semangat, sedang lidah api melambangkan kobaran semangat. Lidah api berjumlah 4 dan 5 di sebelah kanan dan kiri perisai melambangkan angka keramat tahun 45 yang melambangkan dan mempunyai makna arti bahwa negara yang dilindungi adalah negara Kesatuan RI yang lahir di dalam kancahnya api perjuangan (revolusi) 45 yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

6. Manggar (Bunga Kelapa). Dalam kehidupan sehari-hari, pohon kelapa yang merupakan pohon yang serba guna dari daun sampai akarnya. Misalnya dalam aspek warisan budaya nenek moyang, daun dan bunga kelapa berperan penting dalam segala upacara adat. Dalam upacara adat ini kedudukan manggar atau bunga kelapa dianggap sebagai pengganti atau sama dengan bunga pinang yang disebut mayang. Kata mayang biasa dihubungkan dengan kata "bejo kemayangan" kondisi yang menunjukkan keberuntungan. Atas dasar ini bunga kelapa (manggar) maupun mayang biasa dimaksudkan sebagai lambang keberuntungan atau kesejahteraan. Dalam lambang Swa Bhuwana Paksa ini yang dimaksud dengan manggar adalah sebagai perlambang kemakmuran, kesejahteraan bangsa Negara Republik Indonesia.
Top of Form
Bottom of Form

Saturday, 7 April 2012

LOMBA JPP 2012



Materi Lomba :

1. Semboyan Isyarat
   - Semaphore
   - Morse Pluit

2. Pengetahuan Umum dan Pengetahuan Kepramukaan

3. Sandi - Sandi

4. Pionering

5. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

6. LKBB

7. Yell-Yell

Thursday, 5 April 2012

RENCANA TEMPAT LT. IV





" Rencana Tempat Lomba Tingkat IV yang diadakan oleh Kwartir Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, adalah di Bumi Perkemahan Sukamantri ciomas bogor Jawa Barat. Cuaca yang dingin diantara lembah dan puncak Gunung Salak seluruh peserta diharapkan memiliki stamina yang kuat dan prima,  ditambah lagi kegiatan materi lomba yang disuguhkan sangat beragam dan benar-benar membutuhkan energi extra. Menjadi yang terbaik pada Lomba ini adalah   peserta yang memiliki daya juang tinggi, stamina yang kuat dan latihan yang cukup, sehingga tercapailah harapan dan impian untuk menggapai Lomba Tingkat V yang diadakan oleh Kwartir Nasional.

Sunday, 1 April 2012

Kaledioskop Paskhas Relafa

PRAMUKA MEMBUKA SEMANGAT BARU KAUM MUDA

BAPAK PANDU DUNIA


KELUARGA BESAR DAMAR WULAN - SRI KANDI
4205 - 4206

SIMBOL KEMENANGAN


KELUARGA BESAR MARABUNTA - EDELWEIS 3

KEGIATAN MAKAN ANJANGSANA




SISTEM PEMBELAJARAN YANG NYAMAN DAN MODERN


“Disini Kami di Bina dan Di Tempa”



Kami berada di lingkungan SMP Negeri 264 Jakarta Barat, Paskhas 264 Jakarta berdiri pada 31 Agustus 1998 berdasarkan SK Kwartir Cabang Jakarta Barat. Perjalanan Gerakan Pramuka di SMP Negeri 264 Jakarta sudah hampir 14th yang lalu, prestasi demi prestasi diraih dengan hasil kerja keras semua anggota yang berada dalam Keluarga Besar Paskhas Squadron 264 Jakarta.
Berbagai ragam Lomba telah kita lalui, berbagai prestasi telah kita ukir, Pada Tahun 2003 Regu Edelweis mendapatkan Juara Tinggi Putri dalam Lomba Tingkat III , Kwarcab Jakarta Barat, dan di Tahun 2012 Kami mengukir prestasi yang sama dengan terpilih sebagai Juara Tinggi Putra Regu Marabunta, dalam lomba yang sama. 

Paskhas 264 Jakarta, Hadir dengan memberikan nuansa warna baru di Wilayah Barat, dan akan menjadikan Trend Center Pramuka yang Cerdas,Kreatif,Edukatif & Responsive