Bumi
Perkemahan Sukamantri yang status arealnya merupakan hutan produksi
dimanfaatkan sebagai Bumi Perkemahan sejak tahun 1980. Bumi perkemahan ini
potensial untuk dikembangkan segabai areal pelatihan jungle survival,
pelatihan konservasi dan pengenalan alam sekitarnya. Secara administratif masuk
wilayah Desa Sukamantri Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.
Pada
hari-hari tertentu banyak para pengunjung yang datang, untuk melaksanakan
ziarah mencari jodoh ke makam keramat Embah mangun Jaya yang biasa disebut
keramat legok handeuleum, dan sebagian lagi ke makam keramat Ciomas Sukamantri
Nyi Emas dewi Diah Larasati yang menurut juru kunci (H.Ukay) Nyi Dewi Diah
Larasati mempunyai nama asli Siti Dewi Nyi Emas Diah Larasati yang berasal dari
panjalu Galuh Pakuan Pajajaran Bogor, putri dari Sri Baginda Maha Raja Hariang
Kencana Ngora, Nyi Omas oleh ayahandanya diberi tugas untuk mencegah keributan
antara kerajaan Pajajaran Bogor dengan kesultanan Banten.
Sedangkan
Embah Mangun Jaya merupakan anak Tumenggung arca Domas dari Cirebon Girang yang
bernama pangeran Panjuan salah satu cucu dari Prabu Siliwangi. Embah Mangun
Jaya datang ke Sukamantri bertugas untuk menyebarkan agama Islam dan sampai
meninggalnya, beliau dimakamkan dilegok Handeuleum Gunung Salak apabila
pengunjung akan berziarah melalui Buper Sukamantri.
Sedangkan
lokasi pemakaman Nyi Omas Dewi Larasati di pemakaman keramat Ciomas Sukamantri,
yang kondisi jalannya melalui jalan setapak proyek AUP dengan waktu tempuh
sekitar 10 menit. Fasiltas yang sudah tersedia dalam wana wisata ini adalah
berupa pos jaga, pondok kerja, loket karcis (belum berfungsi), jalan setapak,
tempat arkir, MCK, shelter (gardu pandang) tempat duduk, ruang informasi
dan tempat sampah. Aksesibilitas menuju Bumi Perkemahan ini dapat dicapai dari
kecamatan Ciomas (14km) dan dari Kabupaten Bogor (14km). Kondisi jalan umumnya
baik beraspal, dapat dilalui kendaraan roda empat. Sarana transformasi umum
yang ada adalah angkutan kota dari terminal Ramayana ke Jurusan
Ciapus untuk selanjutnya dicapai dengan jalan kaki atau mobil carteran sejauh 2
km.
Dinobatkannya Indonesia sebagai
negara yang memiliki anggota Kepanduan / Pramuka terbanyak di dunia,membuat
para pembuat film Indonesia memiliki ide untuk mengaplikasikannya dalam karya
visual.
Mengangkat tema Pramuka sebagai organisasi yang memiliki banyak sisi positif,
tentu akan memberikan warna baru bagi perfilman Indonesia. Berangkat dari hal
itulah, SBO film bersama KG Production, majalah Bobo, Indika Picture, dan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mencoba mengangkat kembali eksotisme jiwa Pramuka
ke layar lebar melalui film yang berjudul Lima Elang.
Disutradarai oleh sutradara kawakan Rudi Soedjarwo, film drama untuk
anak-anak ini akan tayang serempak di bioskop Indonesia pada 25 Agustus 2011.
”Ternyata Pramuka itu tidak membosankan seperti yang gue bayangkan.Semoga
anak-anak Indonesia bisa terhibur dan film ini bisa menjadi oasis di tengah
panasnya perfilman Indonesia,” papar Rudi di sela-sela jumpa pers Lima Elang
di BlitzMegaplez Grand Indonesia,Kamis (11/8).
Senada dengan Rudi, SalmanAristo, penulis skenario Lima Elang, mengatakan
bahwa film ini banyak mengangkat sisi positif dan edukasi dalam Pramuka.
”Banyak sisi positif dari Pramuka yang layak diangkat, dan di film inilah
jiwa leadership akan ditonjolkan. Anak Indonesia perlu mengetahui cerita
dalam negeri, jangan melulu mengenai Hollywood,” sebutnya.
Lucu, menegangkan dan mengharukan,Lima Elang menjadi film petualangan yang
pas untuk mengisi liburan bersama keluarga.Kelima karakter dalam film ini
dibintangi lima wajah baru dalam dunia perfilman. Mereka adalah Christoffer,
Iqbaal,Rizky,dan Bastian.
Meskipun baru, mereka memiliki latar pengalaman dalam drama musikal Laskar
Pekangi.Sementara itu,Monica Sayangbati memiliki latar sebagai model sejak
usia balita dan sudah main di beberapa film. Christoffer Nelwan mengaku
sangat senang bisa bergabung dalam film ini. ”Ini adalah pengalaman baru dan
akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan,” ujarnya di sela-sela wawancara.
Arti Lambang
Wujud. Lambang TNI AU berwujud burung Garuda yang sedang merentangkan kedua
sayapnya dengan gagah perkasa dan mencengkram lima buah anak panah di atas
perisai yang berlukiskan peta Indonesia. Posisi kepala Burung Garuda menoleh ke
arah timur (arah peta dalam perisai) menyandang pita horisontal yang
bertuliskan motto "Swa Bhuwana Paksa". Burung Garuda tersebut
dilingkari oleh dua untai manggar atau bunga kelapa yang kedua pangkalnya
bertemu di bawah perisai di mana pada kiri dan kanan perisai terdapat jilatan
api atau lidah api, selanjutnya akan diuraikan secara berturut-turut sebagai
berikut :
1. Figur Burung Garuda. Burung Garuda adalah seekor burung atau mahluk udara
yang kondisi maupun struktur tubuhnya kuat, gagah, anggun dan memiliki
keberanian yang melebihi burung-burung lainnya bahkan sering dikatakan sebagai
rajanya burung. Sifat yang demikian sering digunakan sebagai lambang
keperwiraan, kejantanan, keberanian, kegagahan, dan sebagainya, atau dengan kata
lain sebagai lambang kekuatan di udara. Sifat-sifat tersebut tidaklah meleset
sedikitpun dari sifat-sifat yang demikian oleh TNI AU dalam hubungannya dengan
tugas dan fungsinya sebagai penegak kedaulatan di udara yang memiliki ciri khas
yaitu kecepatan, jarak capai dan kemampuan manuver.
Di samping itu dari segi sejarah maupun warisan budaya nenek moyang kita burung
garuda dengan kondisi dan struktur tubuh seperti tersebut di atas telah
diagungkan dan digunakan pula sebagai lambang keperkasaan, yaitu pada jaman
Raja Airlangga di mana identitas pemerintahannya menggunakan lambang Garuda
dalam bentuk Cap Garuda Muka. Oleh karena itu pilihan Burunq Garuda sangatlah
tepat sebagai lambang TNI AU dengan tulisan motto "Swa Bhuwana
Paksa".
Aspek selanjutnya dari Burung Garuda lambang TNI AU dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Sayap Burung. Garuda. Garuda pada lambang TNI AU tertera sedang merentangkan
sayapnya, menunjukan bahwa Burung Garuda tersebut dalam keadaan siap siaga
menghadapi segala tugas. Dengan kata lain Burung Garuda yang sedang
merentangkan sayap, rnelambangkan kewaspadaan, kesiapsiagaan melaksanakan
tugas, dalam hal ini sebagai perwujudan bahwa TNI AU senantiasa waspada dan
siap siaga melaksanakan tugas.
b. Bulu Sayap. Bulu Sayap Burung Garuda tersebut disusun dalam 3 kelompok/
baris, yaitu kelompok bagian luar 8 helai, bagian tengah 5 helai dan bagian
dalam 4 helai.
Jadi jumlah bulu seluruhnya 17 helai, angka-angka tersebut mengandung makna
sebagai berikut :
1) Jumlah seluruh bulu 17 helai menunjukan tanggal hari proklamasi.
2) Jumlah bulu kelompok bagian luar sejumlah 8 helai menunjukan bulan hari
proklamasi.
3) Jumlah bulu kelompok bagian dalam 4 helai bila digabungkan dengan jumlah
bulu kelompok bagian tengah 5 helai akan membentuk angka 45 (di baca dari arah
dalam ke arah luar). Apabila angka-angka tersebut (1, 2, dan 3) digabungkan
akan membentuk angka keramat 17-8-45.
c. Posisi Kepala. Dalam.sejarah lahirnya lambang TNI AU, pada rancangan awal
lambang TNI AU dengan motto "Alae Patriae" posisi kepala burung
menoleh ke kanan. Kondisi yang demikian baik menoleh ke kanan maupun ke kiri
sama sekali tidak mengandung maksud/ arti/ makna apa-apa, kecuali pengaruh
estetika dan artistika saja. Dalam perkembangan selanjutnya sesudah lambang TNI
AU "Swa Bhuwana Paksa" yang disahkan bersamaan dengan pengesahan
panji-panji angkatan, posisi kepala Burung Garuda menoleh ke arah timur (arah
peta pada Perisai) yang mempunyai arti dan makna filosofis atau filsafati.
Secara filsafati, dalam nilai-nilai kebudayaan timur warisan budaya nenek
moyang, timur adalah menunjukkan daerah hidup atau lahir di mana sang surya
mulai menampakkan wajahnya.
Dengan demikian posisi kepala Burunq Garuda menoleh ke arah timur berarti
menyongsong kehidupan baru. Yang dimaksudkan kehidupan baru bagi TNI AU adalah
perkembangan teknologi yang cepat, dari hal-hal yang sangat sederhana sampai
yang super canggih. Jadi posisi kepala Burung Garuda yang menoleh ke arah timur
melambangkan bahwa TNI AU dihadapkan pada tantangan kehidupan teknologi canggih
yang berkembang terus secara pesat. Untuk itu TNI AU yang merupakan suatu
sistem senjata udara yang berbobot teknologi padat materiil senantiasa harus
siap sedia untuk menyongsong perkembangan teknologi canggih tersebut.
Secara teknis, bahwa kepala Burung Garuda mengarah ke timur (arah peta pada
perisai) atau ke arah sayap kiri melambangkan manusia Indonesia yang sedang
terbang, dalam hal ini penerbang TNI AU yang sedang dalam melaksanakan tugas
penerbangan lebih banyak melepaskan pandangannya ke arah kiri sesuai dengan
ketentuan dalam dunia penerbangan, seperti halnya bagi pesawat yang berkemudi
dua, Captain Pilot yang bertanggung jawab berada/ duduk di sebelah kiri,
sebagai perbandingan Angkatan Udara dan India juga mengunakan lambang Garuda
dengan kepala menoleh ke kiri. Meski bagaimanapun juga lambang TNI AU bermotto
"Swa Bhuwana Paksa" hanya mempunyai makna secara filosofis saja.
2. Pita. Pita bertulisan motto "Swa Bhuwana Paksa" berasal dari
Bahasa Sansekerta yang berarti sayap tanah air. Kata sayap disitu diartikan
pula sebagi pelindung, jadi semboyan sayap tanah air atau "Swa Bhuwana
Paksa" dalam Bahasa Sansekerta merupakan proyeksi dari pada tugas TNI AU,
yaltu mewujudkan pertahanan nasional di udara untuk melindungl keamanan,
kemerdekaan, kedaulatan, integritas maupun kepentingan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Anak Panah. Burung Garuda pada lambang TNI AU digambarkan sedang
mencengkeram lima buah anak panah, dalam warisan budaya nenek moyang, panah
merupakan salah satu senjata utama bagi seorang ksatria dan tidak pernah Iepas
dari yang tangannya di saat melaksanakan tugas di medan perang. Secara analog,
lima anak panah di sini melambangkan lima tiang negara atau dasar Negara
Pancasila. Kondisi ini menunjukkan adanya suatu perpaduan erat antara sistem
senjata TNI AU dengan lima dasar negara kita. Dengan demikian tersiratlah bahwa
Garuda mencengkram lima buah anak panah tersebut adalah melambangkan
keterkaitan/ keterpaduan TNI AU serta alut sista udaranya dengan Pancasila.
Gambaran Burung Garuda mencengkeram lima buah anak panah tersebut melambangkan
atau mempunyai makna bahwa TNI AU dengan alut sista udaranya, dalam
melaksanakan tugas selalu berpegang teguh pada lima dasar negara yaitu
Pancasila.
4. Perisai. Pada masa yang silam perisai merupakan alat pelindung diri bagi
setiap prajurit/ksatria dalam melaksanakan tugas pertempuran di medan perang.
Perisai bergambarkan peta Negara Kasatuan Republik Indonesia dalam lambang TNI
AU menggambarkan/ mengandung makna TNI-AU sebagai pelindung pertahanan negara.
Pada rancangan awal lambang TNI AU perisai berlukisan Sang Dwi Warna adalah
Negara Republik Indonesia yang berbenderakan Merah Putih. Untuk mempertegas
bahwa yang dilindungi adalah Negara Kesatuan RI maka gambar Sang Dwi Warna diganti
dengan peta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian perisai
bergambarkan Peta Indonesia melambangkan bahwa TNI AU adalah sebagai perisai
negara yang mempunyai tugas mempertahankan keamanan nasional di udara Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5. Lidah Api. Api melambangkan semangat, sedang lidah api melambangkan kobaran
semangat. Lidah api berjumlah 4 dan 5 di sebelah kanan dan kiri perisai
melambangkan angka keramat tahun 45 yang melambangkan dan mempunyai makna arti
bahwa negara yang dilindungi adalah negara Kesatuan RI yang lahir di dalam
kancahnya api perjuangan (revolusi) 45 yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
6. Manggar (Bunga Kelapa). Dalam kehidupan sehari-hari, pohon kelapa yang
merupakan pohon yang serba guna dari daun sampai akarnya. Misalnya dalam aspek
warisan budaya nenek moyang, daun dan bunga kelapa berperan penting dalam
segala upacara adat. Dalam upacara adat ini kedudukan manggar atau bunga kelapa
dianggap sebagai pengganti atau sama dengan bunga pinang yang disebut mayang.
Kata mayang biasa dihubungkan dengan kata "bejo kemayangan" kondisi
yang menunjukkan keberuntungan. Atas dasar ini bunga kelapa (manggar) maupun
mayang biasa dimaksudkan sebagai lambang keberuntungan atau kesejahteraan.
Dalam lambang Swa Bhuwana Paksa ini yang dimaksud dengan manggar adalah sebagai
perlambang kemakmuran, kesejahteraan bangsa Negara Republik Indonesia.